Selasa, 31 Maret 2015

KEPO, CARA MENJAGA STABILITAS KAMPUNG

Kita berjumpa lagi, Lagi-lagi kita bersua...

Kisanak...

Setiap mahluk pasti butuh ketenangan. Jika terusik waa...ini..ni cari gara-gara ini. Jangankan manusia, semut-pun bisa menggigit apabila di sakiti, begitupun diriku yang kau dustai skip...skip!! kok malah nyasar ke ndang-ndutan. 
Kembali ke ndang-ndutan, eh ke ketenangan. Bahkan mahluk dunia lain AKA mahluk ghaib pun bisa terusik apabila ketenangannya di rong-rong [bahasa opoo kui].

Masyarakat kampung, identik dengan masyarakat yang mudah di hasut [pfftt...enak banget kalok mengidentikkan]. Iming-iming uang menjadi salah satu pemicu dan alat pancing yang menggoyahkan. Segelintir orang mendapat keuntungan, namun kerugian di tanggung warga kampung.

Contoh saja, ada pendirian salah satu mata pencaharian oleh seorang penggede. secara prosedural pendirian sudah benar namun ternyata pada gilirannya merugikan warga, entah limbah atau lain sebagainya.

Kasus yang kerap terjadi, warga tidak dilibatkan. Wakil warga ditingkat struktural semisal RT, LURAH Atau Camat tahu-tahu sudah memberi izin+dapat uang silent. Lebih parah lagi, warga merasa seolah-olah tak kuasa melawan. Padahal pejabat-pejabat tersebut adalah wakil warga, layaknya anggota DPR yang menjadi wakil rakyat.

Di kasus lain, mungkin kehidupan bertetangga. Kekinian, gaya hidup warga semakin menjadi cuek. takut dianggap kepo dsb. "selama gak nyenggol gue, ya silahkan aja". 
Prinsip-prinsip seperti ini sebaiknya tak layak dipupuk dan disiram ditanah kampung. Kepo adalah sah!! Sekali lagi Kepo adalah sah, selama itu berada dalam jalur yang benar, menjaga stabilitas kampung.

Sudah lihat tayangan mengenai perekrutan anggota terorism di pelbagai media? Itu adalah akibat tidak menerapkan ke-kepo-an dalam bermasyaakat. Tidak menyadari bahwa stabilitas kampung sedang terancam.

Marahlah untuk menjaga ketenangan kampung anda. Masa iya kalah sama semut? Atau gak malu diketawain sama mahluk gaib? mihihihi...

Salam Kampunganism

Senin, 30 Maret 2015

ILMIAH SEMOGA JAYA [Bukan nama Dealer Motor]

Kita berjumpa lagi, Lagi-lagi kita bersua. Salam sepur! Eh, Salam Kampunganism.

Ki sanak-kisanak dan Nyai-Nyai yang super. Di jaman serba instan ini  tak hanya modernism yang dibutuhkan, namun perlu diiringi sikap ilmiah. Meski sejatinya untuk menjadi ilmiah tidak harus dibarengi modernisme dan atau bertujuan untuk itu.  Namun jika berbicara modernisme atau bertujuan kesitu perlu ada [harus ada] sikap ilmiah, tapi tidak sebaliknya. [Bingung? Jangan ketawa kisanak, tapi kalau kelepasan gapapa....Nah seperti yang barusan itu].

Modernisme yang melahirkan kerusakan bukanlah modernisme yang ilmiah. Bersikap Kampungan namun bertujuan mulia malah lebih pantas di katerogrikan ilmiah, Gaes. Kedudukan ilmiah dan modern harus berjalan inhern.




"If a Thief comes with a lamp, he will be able to steal more precious goods."

Berpendidikan tinggi namun tidak menjadi ilmiah yang bijaksana hanya akan menghasilkan teknologi yang tidak bermoral atau bahkan menghasilkan teknologi yang berpotensi merusak. Seorang pemuda  yang diharapkan menjadi sosok pembaharu dikampung pasca pendidikannya dikota malah merusak "tatanan" dan "nilai-nilai" kampung tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk warga kampung adalah contoh modernism tanpa diiringi ilmiah. 

Pemuda kampung[an] berpikiran modern [meski ia tidak berpendidikan tinggi] nan ilmiah adalah pemuda dengan visi dan misi kedepan yang mencerahkan. Bukan hanya sampai taraf itu, namun hingga tahap peng-eksekusian visi misi tersebut. Sesuatu yang dihasilkan [baik dengan cara modern atau tidak] namun memiliki potensi bahaya akan lebih baik jika tidak dihasilkan. Mengutip kata Kang Prie GS, Puncak sikap ilmiah itu sesungguhnya dalah kemenangan ilmu dan moral.

Kekinian, banyak kita jumpai orang-orang berpendidikan atau berjabatan yang memanfaatkan yang ia punya untuk kepentingannya sendiri. Mengabaikan hajat orang banyak. Sungguh sikap yang jauh dari kata ilmiah, lantar dimana pendidikan mereka? Jangan-jangan ada indikasi ijazah beli atau pendidikannya hanya di-jokey oleh orang lain atas namanya? hehe...

Bagi pemuda-pemudi kampung yang sedang menempuh study di luar sana. Curilah seluruh ilmu, apapun itu, rauup, teguk, timbun sebanyak-banyaknya [dengan cara yang ilmiah] bawa pulang ke kampung untuk membangun kampung-mu degan cara yang ilmiah pula.  

Kampungmu menunggu kiprahmu! Kampungmu menunggu ke-ilmiahan-mu, Semoga Jaya.



Salam Kampunganism.

Kamis, 26 Maret 2015

CARA MENGETAHUI JAM DI KAMPUNGKU

Kita berjumpa lagi, Lagi-lagi kita bersua, Salam kampungan kakang-kakang dan ki sanak sekalian, begitu pula nyai-nyai yang membaca tulisan ini [Senyum dulu biar keliatan behel nya].

Pernahkah kisanak dan nyai bayangkan hidup di era 5000 Modern seperti sekarang ini tanpa ada penunjuk waktu seperti jam misalnya. Tanpa logika yang muluk-muluk dan asumsi yang menggunakan penelitian ilmiah pun akan di simpulkan kalok tak ada penunjuk waktu skedul dan aktivitas kisanak dan nyai sekalian akan acakdut [baca : amburadul].

Begitu urgen dan vitalnya penunjuk waktu, hingga waktu saya beli telephon genggem-pun saya riang bukan kepalang mendapat bonus jam bonus nada alarm, kalender dsb, dll, dkk, bbm, dm, pin.

Di kampung saya, yang masih belum modern-modern amat penduduknya. masih ada beberapa kalangan yang membaca waktu dengan cara-cara yang tak lazim. beliau-beliau itu tidak menggunakan jam, jangankan menggunakan punya saja nggak, kalaupun punya jam dinding itu pun batre-nya sudah tidak diganti semenjak lebaran tahun lalu.
Pak Dhe Choi Lee Kin 

Namun begitu, Beliau-beliau tetap tahu waktu dan jam. Melalui "kode" atau tanda-tanda yang ada di sekitar. Salah satunya adalah Pak-dhe Choi Lee Kin [Baca : Solikin]. Pak-dhe Choi Lee Kin ini mampu mengetahui jam melalui para pedagang yang lewat di kampung : 

  • Glodak-glodak gerobak sampah : Ba'da Subuh
  • Bulek Penjual Nasi Pecel : Jam 6 Pagi
  • Lelek Penjual Iwak ikan : Jam Setengah 8 - Jam 08.00
  • Kang Buah : Jam 10.00
  • Kang es upin-ipin [cuma 2000 lho] : Jam setengah 1
  • Pak lek Bakso yang mukul2 mangkoknya : Jam setengah 2
  • Budhe penjual bubur sum-sum : Jam 2
  • Pak lek bakso yang ngasi kode dengan kentongan : Jam setengah 3
  • Pakdhe pentol : Jam setengah 4
  • Om cilok : Senja menjelang
  • Pak lek bakso kuah kambing : Jam 7 malam
  • Mas-mas putu labu : Jam 8
  • Lek tahu tek-tek : Jam 9-setengah 10
  • Kang Nasgor : Jam 11
  • Kang Maman mukul Tiang Listrik : Jam 00.00

Melalui pedagang-pedangan keliling tersebut Pak-dhe Choi Lee Kin sudah tau waktu dan jam. Cukup dengan kode dan pertanda yang ada disekitar. Hidup memang penuh tanda, penanda dan pertanda kisanak.

Krucuuk-Krucuk di perut tanda orkestra gendhingan perut sedang perform dan menagih kucuran nasi. Ya seperti perut saya sekarang ini, Tandanya saya mau sarapan dulu yo!

Lho kok senyam senyum, lha ini tanda suka dengan tulisan ini kayaknya, coment atau share ke medsos gih kisanak!!

Salam Kampungan :)

Rabu, 25 Maret 2015

ZAYN MALIK & ZAYNAL ARIPIN

Kita berjumpa lagi, Lagi-lagi kita bersua, Salam Kampungan Ki sanak sekalian!


Zayn Malik
Kaula muda-mudi modern beberapa waktu ini dikagetkan dengan resign Zayn Malik dari 1D [One Direction : mbacanya wan dayreksyen]. Beberapa menyayangkan kepergian Zayn dari 1D. di GBK, Jakarta saat 1D menyambangi Indonesia pun banyak kaula muda-mudi histeris meneriakkan nama Zayn, Namun tetap saja Zayn tak muncul di panggung...*puk-puk* [Emang lo nonton jo? | enggak | :-| ]

Beberapa portal berita mengabarkan bahwa Zayn ingin menikmati keutuhan masa mudanya, ia ingin seperti muda-mudi 22 tahun lain. Gemerlap lampu panggung dirasa terlalu menyilaukan, begitu kira-kira analogi yang disampaikannya.

Kita doakan semoga Zayn sukses unlimited, Jangan lupa kampung halaman [Loh].

Jauh sebelum eksistensi Zayn dan 1D menggema, di kampungku pun sudah terlebih dahulu meng-eksis-kan Zayn yang lain, Zaynal Aripin [Penulisan nama bukan sesuai ejaan sebenarnya di KK]. 

Keduanya punya kesamaan, meski beda lingkup. Zayn Malik terkenal di seantero jagad [eh nggak juga sih, di kampung-ku para muda mudi lebih kenal Nazar dan Bang Ipul deh kayaknya] dan Zaynal Aripin pun terkenal di lingkup kampung. 

Eksistensi Zaynal Aripin di kampung adalah sebuah keharusan, tanpa kehadiran beliau sebenarnya ngga papa sih, cuma ada yang kurang...Kurang anggota untuk wira-wiri ngurus ini itu.

Yap, Kang Zaynal Aripin AKA Kang Zayn [y dibaca seperti e hingga terucap Zaen] selalu menancapkan cakarnya di pelbagai acara kampung. Di mana ada aktivitas sosial kemasyarakatan, disitu ada Kang Zayn. Berikut beberapa prestasi dan track record kang Zayn di Kampung : 


  • Assisten Merbot, Merangkap Muadzin 5 waktu [Semenjak saya belum nyeprot hingga seusia sekarang, suara beliau telah eksis, meski belum menelurkan album baik kompilasi atau solo], Selain itu beliau juga menjabat sebagai annoucer berita kematian #Gleg
  • Linimasa Desa, Kang Zayn adalah "linimasa berjalan", Segala kabar kampung dari rumah ujung barat, timur, selatan dan utara semua ia paham. Jadwal yasinan minggu depan di kediaman siapa dia tahu, Jadwal hajatan Si A, Si B dan Si K dia hafal shahih sekaligus hiburan yang akan di tanggap. Tanpa diminta si empunya hajat, Kang Zayn telah mengundang khalayak kampung untuk hadir [gak sopan haha]
  • Man Of the match of all Village's sports, Di arena olahraga sosok kang Zayn selalu hadir, Di lapangan Volley ialah pengadil paling di segani, Di lapangan bola ia adalah penonton sejati [pasca gantung raket ia tak pernah lagi main bola], Di meja Ping-pong belum ada yang berani bertanding melawan kang Zayn, karena beliau belum bisa masih level penonton dsb. Pokoknya di mana ada arena olahraga sedang memainkan cabang, aroma tubuh kang Zayn akan tercium #Tsah
  • Fashionista sejati, Apapun Dresscode  yang di kenakan Kang Zayn akan menandakan acara apa yang sedang berlangsung, Contoh :
    • Baju gamis, sarung dan songkok putih : Jam'iyyah Sholawat, Diba' dan Marawisan
    • Kostum MU edisi 1999 bernomor punggung 7 dengan tagname BEKAM karena sablon huruf C dan H sudah pudar : Ada pertandingan Bola antar Kampung
    • Kostum Juventus edisi 2012 : Futsal
    • Blangkon-an dan Baju Jawa : Ada jaran kepang atau acara reog
    • Batik : Nikahan
    • Jaket berbahan parasut hadiah Dealer Motor : Ada pasar malam
    • Baju koko abu-abu : Yasinan
    • Baju koko Hitam : Melayat
    • Nggak pake baju : Cuaca panas, Kang Zayn kegerahan
  • dsb, dll, dkk, dm, mention, bbm
Eksistensinya tak tergantikan, Seantero kampung faham dan tahu betul siapa sosok kang Zayn. Kursi dan tempat duduk terdepan selalu disiapkan untuk kang Zayn, Pada acara hajatan selalu ada space tempat duduk kosong satu persis d samping pintu bagian dalam [persis di dekat pintu dekat dapur, job abadi : mbantu-mbantu mbagi piring]. 

Doaku, Semoga kang Zayn tidak mengikuti jejak Zayn Malik untuk Resign. Kampung ini akan kehilangan seorang talent berbakat jika itu terjadi.

Di kampung mu ada sosok seperti kang Zaynal Aripin? 


PS : Maaf tidak mencantumkan foto kang Zayn, No pict hoax? | Never mind, I wouldn't see kang Zayn replace Zayn malik after i shared his pict there LOL

Senin, 23 Maret 2015

REWANG, BUTUH DI REAKTUALISASI

Kita berjumpa lagi, Lagi lagi kita bersua, Salam Kampunganism

Setelah meluncurkan SUMPAH [LOE] KAMPUNGAN sebagai posting pertama pada blog ini. Izinkanlah saya untuk meluncurkan roket postingan ke-2 ini [Gak pake ijin gapapa kalik, blog-blog mu sendiri jo]

Sekilas tentang Rewang


Secara bahasa, Kata rewang berasal dari bahasa Jawa, yang berarti teman [Mohon di koreksi jika salah]. Namun pada perkembangannya Rewang meluas menjadi sebuah kegiatan saling bantu dalam sebuah hajatan. baik membantu dari aspek finansial [bahan atau uang] maupun dari sisi tenaga [ikut bantu-bantu masak dsb.]

Pada beberapa daerah istilah rewang disebut dengan nyinom, ewang-ewang dsb. di kampungmu apa namanya? Hah gak ada budaya ini?

Memang, semakin kekinian budaya rewang semakin jarang dilakukan. Di daerah kota akan sulit ditemukan, terlebih di daerah real-estate atau perumahan [wooy ini blog kampung wooy...skip..skip]. 

Kembali ke budaya rewang, di kampung atau desa. Rewang merupakan sebuah aktivitas sosial antar tetangga atau sanak-kadhang yang dilakukan pra-hajatan. dimana kebanyakan ibu-ibu atau remaja putri berkumpul di rumah shohibul bait [si-empunya hajat] untuk menyumbang tenaga membantu masak memasak menyiapkan hidangan hajatan. Tak jarang yang menyumbang barang atau materi seperti beras, gula dsb.

Dalam prosesi rewang ini, tergambar nilai-nilai kampung yang sangat kental. dimana seperti ghalib-nya kaum hawa. Ibu-ibu dan remaja puteri akan sangat ramai. baik jumlahnya maupun pembicaraannya [iya-iya mau bilang pada ngegosip aja panjang amat jo].

Menilik lebih jauh, sebenarnya esensinya bukan pada ngegosipnya. Namun, nilai kekerabatan yang di lahirkan dari adanya prosesi rewang ini. Tetangga dan sanak-kadhang akan bahu-membahu tanpa ada tendensi dan mengharap bayaran apa-apa untuk membantu shohibul-hajat. Sang empunya acara biasanya hanya membalas dengan ucapan terima kasih berupa mengirim hasil masakan kepada tetangga dan sanak-kadhang yang turut membantu [Ater-ater]

Budaya dan nilai ini kiranya perlu di reaktualisasi kembali. diejawantah-kan kembali di dunia per-Kampung-an. Mengingat budaya ini kini sudah mulai pudar dan mengabur. 
Kepadatan aktivitas ibu-ibu dan remaja puteri kekinian menjadi sebab menurunnya eksistensi rewang di dunia kampung. Tak dapat di elakkan memang, wanita kini banyak yang berkiprah dan memilih eksis di luar sana. Sah-sah saja. Hingga [Kadang] arus informasi tetangga sekitar pun tak melintas di telinga karena tak ada space waktu untuk memandang sekitar.

Hal tersebut ditambah pula dengan budaya "Catering". Dimana ketika ada hajatan, tak perlu si-empunya hajat berepot-repot memasak dan menyiapkan ini-itu. cukup pesan jadi [Jasa Catering] maka selesai urusan, Uang memang berbicara dan berkuasa disini. Tetangga dan Sanak-kadhang pun tak perlu repot datang untuk rewang karena urusan masak-memasak sudah ada "panitia" nya.

Tak ada lagi canda ibu-ibu dan remaja puteri pra-hajatan terdengar, gosip-gosip kampung pun sayup melirih, karena tak tersampaikan...Forumnya sudah bubar. tak ada lagi suara hasil gesekan mata pisau dan telenan, atau suara api tungku kayu bakar yang memeletik. Dan yang lebih na'as lagi, esensi dari rumpi-rumpi tersebut adalah merenggangnya kekerabatan, baik antar tetangga maupun sanak-kadhang.

Semoga hal itu tidak lekas terjadi.

Salam Kampunganism, Kampungan is me!

SUMPAH [LOE] KAMPUNGAN!



Berdasarkan hasil kongres kampung yang dihadiri pemuka-pemuka kampung, para bayan desa, kamit-tuo, pak lurah, calon lurah, unsur pemuda-pemudi gaul tapi berjiwa kampung. Tercetuslah SUMPAH [LOE] KAMPUNGAN.

Adapun penulisan disini menggunakan ejaan Van Ophuysen


Pertama:
Kami poetra dan poetri Kampoeng, mengakoe bertanah lapang satoe, tanah kampung saja.

Kedoea:
Kami poetra dan poetri kampoeng mengakoe ber-ideologi jang satoe, ideologi Kampoenganism.

Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng gaya persatoean, gaya tjang tetap kampoengan

Pages

Stats

Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 KAMPUNGANISM. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top